Kisah Sang Matahari dan Pohon Hutan.

Selamat malam pacar orang dan tukang tukang selingkuh. Eh, salah ni. Maksut saya, selamat malam para pejuang yang masih bertahan memperjuang cinta. Gagah sekali kalian :’) Tanggal sudah menginjak ke bulan Juli yang menjadi pertanda kalau sudah lebih dari separuh bagian tahun 2013 yang tlah kalian lewatkan. 

Saya kurang tau apakah kalian pernah denger analogi matahari dan pohon. Kalau ada yang udah tau, yo wes. Minggir sana main jauh jauh. Kalau ada yang belum tau, saya bakal berbagi cerita ini sama kalian. 

Jadi kemaren, saya dan teman teman saya kebetulan lagi duduk dan bercerita tentang tingkat kecepatan seorang manusia untuk bisa jatuh cinta. Yang nama manusia pasti banyak perbedaan dong, iyakan? Ada orang yang bisa jatuh cinta dengan satu potong ayat. Dan ada orang yang bahkan udah diracuni beratus ratus ayat pun, dia belum tentu bisa untuk jatuh cinta, istilahnya ini - play hard to get. Kategori manapun anda, tenang dulu. 

Seperti kata pepatah, orang tamak selalu rugi. Jadi jangan rakus dalam memilih. 

Cinta yang datang itu ibarat matahari dan pohon pohon hutan, saling bergantungan. Ada banyak pohon di hutan, dan mereka harus berkompetisi untuk mendapatkan sang matahari untuk terus hidup. Ada pohon yang bakal lelah di tengah jalan, bahkan ada pohon yang nyerah dan memilih untuk mati. Di sisi lain, ada pohon yang berusaha jadi yang terbaik dari yang lain, memperjuangkan dirinya untuk hidup demi cinta buat sang matahari. Karena mereka saling membutuhkan. 

Sama seperti cinta, ketika orang bilang suka / sayang. Tenang dulu, jangan langsung mau. Saat anda yakin kalau dia orang yang tepat, dia sudah usaha memperjuangkan cinta kalian. Yo wes, dijalanin aja. Siapa tau dia memang jodoh yang ditetapkan untuk kalian. 

Bunda pernah pesan ke saya, do not rush in searching for love. The faster you fall for someone, the faster he/she will leave you.

Semoga berhasil dalam menemukan orang yang cocok buat jadi pendamping hidup dan cinta kalian ☺